Rasanya semakin bersemangat untuk merampungkan lebih awal tulisan saya yang ke-2 untuk "Tantangan Menulis dari AISEI" ini. Begitu banyak masukan dari para sahabat dan inspirasi hasil tulisan rekan-rekan pejuang 30 hari AISEI yang sudah saya baca sebelumnya yang begitu hebat-hebat. Terimaksih saya haturkan dan saya juga merasa sangat bersyukur atas kontribusi anda semua pada tulisan-tulisan "kecebong" di blog saya ini. Semoga Allah balas kebaikan berlimpah untuk anda semua. Aamiin.
Oke, di tulisan
ke-2 ini saya ingin membahas kelanjutan tentang sebuah mimpi besar “anak biji ketumbar”. Siapakah anak
tersebut? Ya tentunya adalah SAYA.
Mimpi itu berawal dari ketertarikan saya pada tumpukan buku ketika saya
masuk Sekolah Dasar. Saya suka sekali melihat buku-buku berbaris di rak buku
baik di perpustakaan, di toko buku modern besar atau bahkan di “Second Market” (Pasar Loak maksudnya, kan kalau barang bekas suka disebut “barang
second”, hehe). Saya juga punya mimpi ingin suatu saat nanti, nama saya
bisa tercantum di sampul buku sebagai Penulis. Saya sering berfikir orang lain bisa, saya juga pasti bisa,
bismillah walau tidak tahu kapan akan terealisasi. Saya jaga baik-baik mimpi ini
dan saya yakin dia akan “lahir” di
saat yang tepat.
Cerita masih berlanjut saat setiap ingin mengajar saya merasa kerepotan sendiri, yaitu ketika perlu menyiapkan beberapa buku referensi yang menurut saya seolah "berceceran", maksudnya di buku ini ada materi ini yang saya butuhkan, dan saya juga membutuhkan bagian yang lain dari buku lain dengan bahasan yang sama, dan masih banyak lagi, ko saya fikir ga praktis ya, dan saya harus bawa banyak buku padahal yang saya butuhkan hanya beberapa lembar saja dari bagian buku-buku tersebut, hingga akhirnya saya putuskan untuk belajar meramunya dalam sebuah Modul [kalau dulu kita kenalnya
dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau berubah sekarang menjadi LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik)] untuk dipakai kalangan sendiri dengan biaya cetak manual dari fotokopian tetangga sebelah untuk penggandaan. Selain modul sekolah, saya juga
menyusun modul untuk anak-anak yang les B.Inggris (ya,, biasa lah yaa, kalo guru Bahasa Inggris sambilannya jarang jadi ARTIS tapi pasti jadi guru les B.Inggris,,hehe). Hal baiknya adalah, ada kepuasan batin saat anak-anak menenteng buku yang
sampulnya ada nama saya-nya.
Setelah itu semua
terwujud, keinginan pun berkembang (memang
benar kan kalau manusia itu tidak pernah merasa puas. Saya “masih manusia” maka
kayanya wajar ya, ketika saya juga memiliki keinginan seperti itu__Pemakluman
yang maksa ya? Hahaha...). Lalu apakah keinginan yang berkembang itu, ya, “saya ingin menulis buku yang diterbitkan Penerbit
dan memilki ISBN”.
Sebelum lebih
lanjut yuk kita ketahui dulu “Makhluk” apa sih ISBN itu? Menurut info yang saya
dapat dari situs “Perpustakaan Nasioanal
Republik Indonesia”, ISBN adalah kepanjangan dari “International Standard Book Number” sebagai
kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. Informasi ini memuat judul, penerbit, kelompok
penerbit dan terdiri dari deretan 13
angka sebagai pemberi identifikasi terhadapa 1 judul buku yang diterbitkan
oleh penerbit dan akan berbeda satu
dengan yang lainnya.
Nomor unik ini dikeluarkan
oleh Badan Nasional yaitu tepatnya kalau di Indonesia yang bertugas
mengeluarkannya adalah “Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia”. Pusatnya
sendiri di Badan Internasional yang berada di London. ISBN diletakan pada:
bagian bawah sampul belakang, di balik halaman judul/copyright, punggung buku
untuk buku tebal (bila memungkinkan) dan setiap
orang bisa mengajukan untuk permohonan ISBN, Katalog Dalam terbitan (KDT)
atau barcode baik untuk anggota baru maupun anggota lama.
Cara penulisannya 13 digit dibubuhi huruf ISBN
didepannya. Nomor tersebut terdiri atas
5 (Lima) bagian. Masing-masing dicetak dengan dipisahkan tanda hypen (-). Sebagai contoh yaitu ISBN:
978-602-289-123-4.
1). 978= Angka Pengenalan Produk
Terbitan Buku dari EAN (Prefix Identifier);
2). 602 (default)= Kode Kelompok
(Group Identifier);
3). 289=Kode Penerbit (Publisher
Prefix);
4). 123= Kode Judul (Tittle Identifier);
5). 4=Angka Pemeriksa (Check Digit).
Back to perjalanan
panjang saya untuk ISBN yaa...
Sekitar 2013, Allah
kasih saya kesempatan untuk bergabung sebagai penulis lepas dengan Penerbit indie yang bernama “K*lis* Pena” di daerah “Perumahan Lido Sukabumi”, (namun sekarang entah kemana keberadaanya).
Info dan kesempatan itu saya dapat dari kerabat, bernama Tedy, yang menjadi karyawan di sana. Saat itu saya dipercaya untuk menggarap
project membuat isi buku pesanan dari judul yang sudah dipesan. Jadi kita penulis lepas hanya bertugas menulis
isinya saja. Sebetulnya agak aneh karena saya mendapat jatah membuat isi buku
yang tidak sesuai bidang saya, yaitu tentang Kepramukaan, Saat itu judulnya “Seluk Beluk Kepramukaan”. Dari situ
saya banyak membaca, belajar dan poin pentingnya adalah salah satu teknik menulis adalah
membaca keseluruhan info dari berbagi sumber yang kita perlukan lalu
menceritakan ulang dengan gaya bahasa kita sendiri tanpa menghilangkan “esensi”
yang harusnya ada. (ini adalah untuk menghindari plagiat/ menjiplak mentah-mentah hasil karya orang lain). Saat itu 1 buku
“diganjar” dengan harga 1jt 500rb dan saya dijanjikan akan dapat 5 eksemplar
sebagai penulis.
Saya sangat
bahagia saat buku bisa rampung dengan beberapa kali revisi (maklum masih “biji ketumbar yang masih
mentah” hehe) namun saya menikmati
prosesnya. Saya menerima “Rupiah”
yang dijanjikan namun sayangnya 5 eksemplar yang dijanjikan tidak kunjung saya
terima seiring dengan kerabat saya yang tidak lagi bekerja di tempat itu dan kabar
Penerbitnya tenggelam entah ke mana. Jadi pupuslah sudah impian saya dan
sebetulnya bukan “rupiahnya” yang saya
kejar (itu hanya bonus upah begadang,), saya lebih ingin koleksi buku hasil pekerjaan saya itu saya miliki, saya
simpan sebagai kenang-kenangan di rak buku saya bersama deretan buku-buku hasil
penulis lain yang tidak saya kenal. Tapi ya sudahlah, biarkan saja,
semoga buku tersebut masih ada dan bermanfaat untuk banyak orang.
Seiring berjalan
waktu, mimpi ISBN masih diangan-angan. Yang di depan mata adalah kesempatan menulis soal Ujian Akhir
(UAS) Bersama untuk Kabupaten Bogor dari
MGMP B.Inggris. Tentu saja tidak saya lewatkan dan saya malah menawarkan
diri untuk bergabung. Dan “ajaibnya”
Pa Ketua memberikan kesempatann itu pada saya, waah rasanya luar biasa bahagia
(kapan lagi coba? kalau kaya di Mall
seperti jargon: “Selagi Ada, Selagi Ada!” maksudnya mumpung ada kesempatan, maklum jarang Guru Honorer seperti saya
mendapat kesempatan emas dan langka seperti itu) So, terimakasih
untuk Bapa Ismail Marzuki dari SMAN
1 Ciampea, yang juga sekarang masih menjabat menjadi ketua Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) B.Inggris SMA Sekabupaten Bogor yang begitu baik hati dan
percaya penuh pada saya dan membiarkan mimpi saya menjadi nyata dan juga yang
memberikan kepercayaan diri pada saya yang sering merasa “kecil” tidak ada apa-apanya untuk berani menatap ke depan. “Kepercayaan” beliau pun berlanjut dengan
dengan tawaran membuat Modul Unit
Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) Sem 1 yang disusun MGMP Bahasa Inggris Kab.
Bogor. Saya “dipinang” Pa Bos MGMP itu untuk bergabung membuat
UKBM tersebut. Walau kata rekan-rekan yang sudah berpengalaman itu pekerjaan
yang melelahkan namun saya merasa tersanjung ketika tantangan itu datang dan
apalagi beliau memilih saya bukan saya yang mengajukan diri.
Saat itu, saya
mendapat jatah untuk menyusun “KIKD
3.2-4.2 untuk kelas X B.Inggris SMA tentang Congratulating & Complimenting
Others” dan di akhir deadline saya diminta membuat 1 lagi di KIKD “3.4-4.4 kelas X B. Inggris SMA tentang Descriptive Historical
Places” (karena ada kendala di penulis yang mundur sehingga KIKD itu belum
ada yang menggarap). Lelah sebetulnya karena yang pertama saja baru rampung, namun saya juga tidak mau mengecewakan Pa Is (begitu Ia biasa disapa), maka
saya terima dan “Roro Jongrang's Project” itu pun berlanjut dan berhasil membuat saya kurang tidur selama
beberapa malam, hehe. Tetapi semua terasa lega dan membahagiakan saat akhirnya
UKBM B.Inggris kls X untuk semua KIKD sem 1 itu selesai dibuat dan luar biasanya, saya sejajar dengan 2 penulis senior hebat lain yaitu Bu Wiwik dan Pa Sulaeman dari SMAN 1
Ciawi Bogor dan nama saya ada di cover UKBM nya. Sekarang, hasil "kolaborasi" kami itu menjadi referensi bagi para guru untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di kab. Bogor.
Namun balik lagi
ke cerita cita-cita awal, yaitu “saya
masih belum memperoleh angka-angka ISBN” itu. Suasana mulai membaik ketika “mendung” mulai berubah menjadi “cerah” kembali yaitu ketika saya ditawarkan bergabung ke Whatsapp Group Kelas Kreatif dengan founder
pa Dadan dari Bandung International School (BIS) oleh kawan saya bernama Pa Irvan Daviana dari SMAN Sukatani [Beliau Ketua kelas Pendidikan Profesi Guru
(PPG) kami Universitas Pakuan Bogor 2019 lalu yang
begitu berwibawa dan baik hati]. Group itu berisi orang-orang hebat yang
aktif berbagi dan membuat project-project
buku gotong royong. Kami para anggota yang tertarik bergabung untuk project
yang ditentukan Pa Dadan, diminta
untuk mengirim ide-ide artikel kreatif. Saat beliau menyampaikan temanya adalah
“Aktifitas di kelas tanpa teknologi yang
menyenangkan”, ide saya langsung muncul, ada 5 saat itu yang saya kirimkan dan semua sudah terbayang
simulasinya. (Walau terinspirasi oleh
permainan-permainan yang ada namun saya pastikan judul dan isinya benar-benar
ide modifikasi yang kalimatnya saya susun sendiri) yaitu: “ 1. Whispering Message, 2. Detective Mission,
3. What Can You See?, 4. Shape Challenge, 5. Magic Chef”. Kemudian
alhamdulillah 2 dari 5 yang saya kirim sesuai dengan yang beliau inginkan yaitu
“Whispering Message dan Shape Challenge”
adalah menjadi 2 karya kebanggaan pertama perdana saya sebab diakui layak oleh pendiri grup yang luar biasa itu untuk diikut sertakan dalam project.
Buku 75 Artikel Strategi Pembelajaran Kreatif dan Interaktif: Belajar itu Menyenangkan!_miss lesileop |
Maka untuk anda yang
punya mimpi yang orang lain anggap “sepele”
namun begitu berharga buat anda, cukup tutup telinga dengan cibiran, yakinkah
hati, percaya pada Allah dan ikuti alur yang Allah atur, tidak ada yang
sesempurna “skenarioNYA”. Saat anda dirasa sudah “SIAP” oleh Allah untuk mendapatkan apa yang anda mau maka semua “impian” itu akan segera berwujud nyata;
kalaupun
tidak terwujud juga sepertinya
harus berganti mimpi, karena siapa tahu mimpi itu tidak kunjung terwujud
karena Allah tahu akan banyak keburukan yang datang pada diri anda jika DIA
kabulkan. Allah selalu tahu yang paling kita butuhkan dan memberikannya disaat
yang paling tepat, jadi yuuk STOP maksa sama
Allah.
Bagaimana dengan
anda, mimpi “luar biasa” apa yang
anda punya baik yang sudah terwujud atau belum?
Salam dari Si Biji Ketumbar Mentah _ miss lesileop
#Day2AISEIWritingChallenge _ #100kata bercerita _ #30hariAISEIbercerita _ AISEIWritingChallenge _ #warisanAISEI _ #pendidikbercerita